SELAMAT DATANG DI WEBLOG MAHASUTRA (Mahasiswa Universitas Terbuka)

Rabu, 30 Juni 2010

BUDAYA MENULIS WUJUD KOMITMEN GURU PROFESIONAL

Penulis : Ely Susiana, S.Pd
gbrGuru Profesional di Masa Sekarang
Salah satu kunci penting dalam membangun kualitas pendidikan adalah guru. Sangatlah wajar akhir-akhir ini penghargaan dan pengakuan terhadap profesi guru semakin meningkat, hal ini diawali dengan adanya UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dan selanjutnya disusul dengan diterbitkannya perundang-undangan lain yang mendukung untuk meningkatkan kualitas profesi guru. Secara legal dinyatakan bahwa seorang guru profesional dituntut untuk memiliki sejumlah kompetensi. Dalam keseharian, seorang guru profesional dapat menunjukkan empat kompetensi yang harus dimiliki, yaitu komptensi pedagogik, profesional, personal, dan sosial. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, sedangkan kompetensi profesional adalah kemampuan yang harus dimiliki guru dalam menguasai materi pembelajaran. Kompetensi personal mengandung maksud bahwa guru harus memiliki kepribadian yang mantap, sedangkan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif, baik dengan peserta didik, sesama guru, wali murid, maupun masyarakat luas merupakan penjelasan dari kompetensi sosial. Untuk melengkapi dalam menyikapi sejumlah kompetensi yang harus dimiliki guru, kiranya setiap guru ingin tampil terbaik sebagaimana yang dikemukakan oleh Tommy Belavele, yang menyatakan bahwa seorang guru yang baik seharusnya :

Memiliki misi.

Memiliki suatu keyakinan positif.

Mengenal bahwa pikiran yang dibuat memiliki dampak yang mendalam terhadap keberhasilan dirinya .

Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah yang memungkinkan bagi guru untuk mengatasi setiap tantangan yang dihadapi.

Mengetahui penggunaan waktu dan usaha untuk memperoleh hasil yang terbaik dan kepuasan diluar mengajar.

Untuk menjamin efektifas pendidikan dalam usaha mencapai guru yang profesional pada masa sekarang ini perlu diupayakan dengan berbagai cara. Salah satu cara yang paling mudah untuk dilakukan adalah menulis. Kemampuan menulis merupakan keahlian yang harus dimiliki oleh seorang guru, bahkan yang sudah menyandang predikat sebagai guru profesional. Dengan menulis, seorang guru dapat mengembangkan kemampuan berpikir dinamis, kreatif, dan kemampuan menganalisis serta kemampuan meningkatkan kualitas pembelajaran. Apalagi masa-masa sekarang ini dengan adanya pengakuan dari masyarakat tentang guru profesional, masyarakat ikut menyoroti kualitas dan mutu guru dalam dunia pendidikan . Pada kenyataannya di lapangan banyak guru yang belum dapat meningkatkan kemampuannya sebagai guru profesional, sebagai contoh masih tetap melekat stigma pada sebagian besar guru “ Menulis itu sulit dan saya tidak bisa “. Dengan pernyataan seperti ini tentulah perlu dicari solusinya. Banyak cara yang dapat ditempuh untuk mengatasi hal tersebut, yang terpenting guru mau terus berusaha tanpa kenal putus asa agar dapat meningkatkatkan kualitas pendidikan yang baik seperti apa yang diharapkan oleh masyarakat.

Pada awalnya untuk memulai menulis memang sangatlah sulit, namun apabila mau berusaha terus-menerus dengan ketekunan dan keuletan niscaya lama kelamaan menulis akan terasa mudah. Kemampuan menulis jelas melalui proses pembelajaran yang tidak begitu cepat. Awalnya menulis bisa dimulai dari diri sendiri terlebih dahulu misalnya, menulis buku harian untuk menuangkan segala uneg-uneg yang ada , kemudian sedikit demi sedikit berkembang pada lingkungan sekitar dan akhirnya menulis sesuatu yang dapat dipublikasikan. Untuk mendukung menjadi penulis yang baik banyak-banyaklah membaca buku atau referensi yang terkait dan juga selalu mengikuti perkembangan jaman , apalagi di era informasi yang semakin pesat seperti sekarang ini, di mana perkembangan dunia dapat diakses dengan begitu cepat dan mudah. Jadi, perkembangan di media masa baik cetak maupun elektronik, bahkan internet (online) harus selalu diikuti dan diakrabi setiap saat oleh seorang guru profesional agar tidak ketinggalan jaman.

Menulis itu Gampang
Bila berbicara masalah menulis tentu pikiran kita tertuju pada pengarang-pengarang atau penulis-penulis terkenal. Bagi para pengarang menulis merupakan menu keseharian jadi menulis sangatlah mudah dilakukan bagi mereka. Lain halnya bagi seorang guru yang tidak terbiasa untuk menulis, dapat dibayangkan pasti seorang guru yang tidak terbiasa menulis akan merasakan bagaimana sulitnya merajut kata-kata dan mengemasnya untuk dijadikan sebuah tulisan yang menarik. Sebenarnya menulis itu gampang bagi siapa saja yang penting ada kemauan , minat dan juga ambisi yang terus menerus tanpa putus asa. Selain itu syarat utama bagi seseorang yang ingin menulis adalah bisa baca dan tulis. Lantas bagaimana caranya supaya bisa terampil menulis sebagaimana para pengarang-pengarang atau penulis-penulis terkenal ? Coba renungkan baik-baik tiga resep berikut ini :

Pertama,
Memiliki keyakinan yang kuat untuk bisa menulis.

Kita sadari bersama bahwa menulis sudah dapat dilakukan oleh siapa saja karena pekerjaan ini sudah dilakukan sejak kita duduk di bangku SD khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu mengarang. Jadi, setidak- tidaknya bagi siapa saja yang pernah duduk di bangku SD sudah barang tentu ia sudah pernah mengarang atau menulis, baik itu menulis suatu cerita, puisi, dialog, karangan, ataupun menulis hal yang lainnya. Dalam hal ini yang diperlukan dalam menulis saat itu bukanlah bakat yang istimewa namun lebih mengutamakan adanya keinginan dan minat yang besar untuk mau belajar, membangun kebiasaan menuangkan gagasan atau ide lewat tulisan.

Kedua,

Jadikan menulis sebagai kebiasaan.

Agar kemampuan menulis berkembang menjadi suatu kebiasaan, maka milikilah keinginan untuk belajar menulis. Tulislah apa saja yang bisa ditulis baik itu buku harian, memori, puisi, cerpen, artikel/esai, atau bahkan buku sekalipun. Apabila sudah sering menulis maka akan menjadi suatu kebiasaan tanpa beban sehingga pekerjaan menulis akan dirasakan sangatlah gampang. Kalau sudah demikian keadaannya, lambat laun “Menulis” akan menjadi budaya bagi para guru yang ingin mengembangkan potensi dan kualitasnya demi dunia pendidikan pada umumnya dan demi profesi keguruan pada khususnya.

Ketiga,

Buatlah semacam “Daftar keuntungan “.

Untuk menjadi seorang penulis harus mempunyai keyakinan bahwa dengan menulis dapat memberikan kesempatan memperoleh honor atau uang, menjadi lebih dikenal orang, menjadi lebih dihargai orang, menjadi lebih dihormati orang, dan lain sebagainya.

Tiga resep keyakinan itulah yang pertama kali harus dimiliki oleh seseorang yang ingin menjadi penulis. Apabila tiga resep keyakinan tersebut sudah tertanam di dalam diri seseorang yang ingin menulis maka langkah selanjutnya adalah mencoba untuk memulai menulis. Menulis itu sebenarnya tidaklah sulit seperti apa yang telah dituliskan oleh Arswendo Atmowiloto seorang pengarang terkenal di negeri ini dalam bukunya yang berjudul “Mengarang itu Gampang”. Dikatakan gampang karena menulis itu dapat dipelajari dan melalui suatu proses. Sudah barang tentu untuk menjadi seorang penulis tidaklah dengan proses yang cepat dan mudah. Yang terpenting dalam hal ini seorang penulis harus mempunyai minat dan ambisi terus-menerus yang tak mudah patah, tak kenal putus asa. Menulis sesuatu memang tidak mungkin sekali jadi, harus melalui proses pembelajaran . Jadi, jangan pernah berhenti atau menyerah jika karangan tulisan yang dibuat belum berhasil, hilang, atau dikembalikan dari redaksi misalnya.

Tiga N

Mardjuki adalah seorang penulis kreatif yang cukup dikenal di kalangan wartawan Yogyakarta tahun 1987 memberikan pesan kepada penulis-penulis pemula. Pesan yang beliau berikan terkenal dengan istilah “Tiga N” yaitu Niteni, Nirokke, Nambahi. Tiga kata dalam bahasa Jawa tersebut kurang lebih mempunyai arti : mengamati, meniru, dan menambahi. Pesan yang pertama (niteni), mengandung arti bahwa untuk menjadi seorang penulis harus dapat menjadi seorang pengamat terlebih dahulu, namun yang dimaksudkan dengan pengamat dalam hal ini adalah pengamat tentang berbagai karya tulis sejenis ( yang diminati) yang beredar di masyarakat, sebagi contoh kalau menulis dengan tujuan untuk mengarang artikel, cerpen, novel, atau buku maka salah satu yang perlu diamati untuk mendukung kegiatan ini adalah berbagai karya tulis yang senada dengan karya tulis yang diinginkan tersebut. Pesan yang ke dua (nirokke) mengandung maksud bahwa dalam belajar menulis jangan segan-segan untuk meniru tulisan dari pengarang-pengarang yang sudah terkenal.

Tentu saja meniru dalam hal ini bukan berarti menjiplak. Hal yang ditiru sebaiknya jangan kata per kata atau kalimat per kalimat namun logika dan sistem pola pikirnya yang harus diikuti. Itupun kalau bisa, kalau merasakan ada kesulitan dalam meniru suatu karya maka carilah buku lain yang lebih mudah untuk dicerna bacaannya dan mudah ditiru. Jadi dalam hal ini jangan bosan-bosan bagi seseorang yang ingin menulis untuk mencari referensi buku seabrek-abrek agar dapat memiliki wawasan yang luas dalam menulis. Ada beberapa pengarang novel terkemuka di Indonesia, yang pada awalnya adalah sebagai penterjemah novel-novel sejenis. S. Mara Gd. misalnya. Kalau tak salah ia semula adalah penterjemah berbagai karya pengarang misteri Agatha Christie. Lama kelamaan ia menjadi paham bagaimana menggambarkan karakteristik tokoh-tokoh yang ada dalam sebuah novel misteri dan juga alur cerita yang dibuat. Dari sinilah ia mulai untuk mengarang novel sendiri dengan menggunakan perspektif budaya lokal dalam karangannya. Pada titik inilah ia tidak lagi hanya sekedar nirokke saja tapi sudah menjadi tahap yang ketiga yaitu nambahi, namun penambahan yang dilakukan dengan keunikan-keunikan tersendiri. Menyatakan pikiran sendiri dalam arti bersetuju, menolak, atau menambahkan pandangan pribadi atas pendapat tokoh-tokoh yang dikagumi merupakan beberapa cara untuk menyempurnakan tahap nambahi. Nah, bagi siapa saja yang baru pada tahap penulis pemula, ingatlah pesan Mardjuki ini :

~ Niteni

~ Nirokke

~ Nambahi

Dari uraian ketiga pesan praktis di atas, apabila dipelajari dan kemudian dipraktikkan dengan sungguh-sungguh, Insya Alloh menulis akan menjadi sangat gampang bagi siapa saja. Rasanya kalau disuruh untuk mencetak seseorang menjadi pengarang belumlah ada mesin yang mampu mengerjakannya namun dengan belajar , mengikuti pelatihan atau seminar, kemudian dipraktikkan dengan mencoba untuk menulis, maka cara ini merupakan salah satu cara yang dapat ditempuh untuk menciptakan iklim sebagai seorang penulis. Iklim sangat membantu seseorang yang benar-benar ingin menjadi seorang penulis, karena kemungkinan untuk menjadi pengarang barang kali jarang terlintas pada diri seseorang. Dengan iklim yang ada disertai dengan petunjuk praktis yang mendukung, dapat mengembangkan bakat dan minat dalam menulis pada siapa saja. Bahkan apabila memang menguntungkan bagi seseorang, iklim akan tercipta dengan sendirinya untuk benar- benar membawa menjadi seorang penulis yang produktif dan profesional sesuai dengan harapan.

Kiat Jitu dalam Menulis
Perlu disadari bersama bahwa proses pembelajaran menulis selalu dimulai dari munculnya kesadaran atas adanya ketidakmampuan untuk menulis, oleh karena itu diperlukan adanya pembelajaran secara sungguh-sungguh sampai merasa benar-benar mampu untuk menulis. Hanya posisi sadar tidak mempunyai kemampuan yang dapat mendorong proses pembelajaran. Pembelajaran yang sungguh-sunggug disertai praktik secara terus menerus maka akan dapat membantu dalam mencapai tahap terakhir dalam menulis yaitu menjadi penulis yang produktif dan porfesional. Setelah mampu dan terampil menulis baik itu menulis fiksi ( cerpen, novel, dsb ) atau nonfiksi (artikel, buku, dsb), maka upaya lain yang harus dilakukan adalah mencoba untuk mempublikasikannya. Cara untuk mempublikasikan suatu tulisan dapat dilakukan melalui media masa. Tulisan yang dikirim pada media masa tentu harus dapat memenuhi persyaratan dan kriteria yang ditetapkan pada suatu media masa tertentu , tidak semua tulisan yang dikirim dapat dimuat pada media masa. Bagaimana kiat- kiat jitu agar tulisan yang dibuat dapat diterima dan kemudian dimuat oleh suatu media masa. Berikut beberapa kiat yang jitu agar suatu tulisan dapat dimuat di media masa seperti apa yang diharapkan :

Kenalilah media yang akan dikirimi tulisan, artinya sebelum naskah dikirim tentu harus diketahui dulu tentang isi, visi, misi, tujuan, serta sasaran dari media tersebut. Jangan sampai salah dalam pengiriman tulisan karena dapat merugikan diri sendiri.

Baca seluruh rubik yang ada. Dengan membaca seluruh rubik yang ada pada suatu media masa, maka akan diketahui secara jelas apakah tulisan yang dikirim sudah sesuai dengan rubik yang ada pada media masa tersebut. Misalnya, kita mempunyai tulisan tentang pembelajaran di kelas pada suatu sekolah tertentu maka rubik yang sesuai untuk tulisan tersebut tidak jauh dari masalah dunia pendidikan.

Pelajari bahasanya. Bahasa yang digunakan dalam menulis harus disesuaikan dengan isi tulisan, tujuan tulisan, manfaat tulisan dan sasaran dari tulisan tersebut diperuntukkan untuk siapa. Yang terpenting dalam menulis adalah bahasa yang digunakan harus jelas dan komunikatif. Komunikatif dalam arti bahasa yang digunakan harus bisa dipahami, dicerna, dan selanjutnya dapat diterima oleh para pembaca pada umumnya. Hal lain yang perlu diingat pula dalam penggunaan bahasa adalah harus disesuaikan dengan perkembangan jaman karena perlu disadari bersama bahwa bahasa itu terus berkembang seiring perkembangan dan kemajuan jaman.

Tulisan tidak perlu panjang-panjang. Dalam menulis, kalimat-kalimat yang digunakan haruslah singkat, jelas, dan padat namun tulisan tersebut mengandung subyek aktivitas dan bukan hanya sekedar fakta. Yang harus diingat selalu dalam menulis adalah jangan sekali-kali menjadi plagiator ( penjiplak). Apalagi dalam kedudukan sebagai penulis pemula jangan sekali-kali berani melakukan plagiat karena hal ini sangat merugikan diri sendiri di masa-masa yang akan datang. Sekali kredibilitas seseorang sudah tidak dapat dipercaya maka selanjutnya tulisan-tulisan yang sudah dibuat pun akan sia- sia belaka dan tak ada gunanya.

Bacalah terus secara berulang-ulang tulisan yang sudah jadi. Sebelum dikirim ke media masa tulisan yang sudah dibuat sebaiknya dibaca terlebih dahulu secara berulang-ulang hingga merasa bahwa tulisan yang sudah dibuat benar-benar siap dan pantas untuk dikirim pada suatu media masa yang diinginkan.

Carilah alamat dari redaksi secara lengkap. Lihat box redaksi, dan cari alamatnya secara lengkap. Jangan sampai terjadi jika redaksi media masa yang dikirimi tulisan tidak tahu alamatnya secara lengkap. Tidak dapat dibayangkan seandainya terjadi salah alamat dalam pengiriman tulisan , maka akan sia-sia belaka .

Banyaklah membaca. Menulis dapat dikatakan gampang apabila supply informasi di otak dan batin memadai. Proses pemasokan inforamasi inilah yang bisa diperoleh dengan banyak membaca. Dengan membaca cakrawala berpikir seseorang menjadi terbuka dan luas. Inilah yang menjadi modal utama seseorang untuk menulis sehingga apabila seseorang ingin memulai menulis tidak akan kesulitan dalam menuangkan ide yang dituangkan ke dalam suatu tulisan. Bagi penulis baru, kegiatan membaca dapat diibaratkan sebagai mata kuliah dasar umum ( MKDU) atau jenis kuliah tingkat pengantar dan asas-asas. Tanpa melewati proses ini, sulit dibayangkan untuk dapat mempelajari mata kuliah berikutnya. Begitu halnya dengan kegiatan membaca, pekerjaan menulis menjadi gampang apabila sudah membiasakan diri untuk membaca. Artinya, kalau memang dengan membaca sudah dianggap sulit maka lupakanlah untuk menjadi penulis yang produktif dan profesional tentunya.

Buatlah agenda khusus untuk pengiriman tulisan. Jika pernah mengirim tulisan pada sebuah media masa, jangan lupa agendakan ke dalam buku khusus. Dengan demikian dapat dijadikan sebagai catatan khusus dan mempunyai daftar tulisan-tulisan yang pernah dibuat , baik yang sudah dimuat dalam media masa maupun belum. Hal ini dapat membantu untuk mengecek kembali tulisan-tulisan yang sudah pernah dibuat atau dimuat dalam suatu media masa. Cara seperti ini dapat menghindarkan terjadinya penulisan yang ditulis secara berulang-ulang atau pengiriman tulisan pada satu media masa yang sama dalam kurun waktu yang sama pula.

Buatlah menjadi kliping. Tulisan yang sudah pernah dimuat pada media masa hendaknya dikumpulkan dan kemudian jadikanlah kliping. Dengan pembuatan kliping diharapkan dapat digunakan sebagai kenang- kenangan dan sekaligus dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk penulisan-penulisan berikutnya.

Jangan cepat merasa puas. Apabila telah meraih sesuatu sesuai dengan apa yang diinginkan, sebaiknya jangan mudah merasa puas. Begitu pula pada tulisan yang sudah dimuat pada sebuah media masa, janganlah cepat merasa puas karena dengan perasaan puas dapat mengakibatkan seseorang memperoleh kesenangan yang berlebihan sehingga kadang-kadang menjadikan seseorang itu lupa. Lama-kelamaan orang itu akan terbuai dalam kepuasan yang mendalam dan akhirnya akan berdampak pada kemalasan untuk menulis lagi. Tetapi sebaliknya, juga tidak boleh mudah putus asa apabila tulisan yang dibuat belum bisa dimuat pada suatu media masa. Jika hal ini terjadi sebaiknya koreksi diri sendiri apa kekurangannya dengan meminta saran dan kritik kepada redaksi baik secara tulisan ataupun lisan demi perbaikan dalam pembuatan tulisan pada waktu yang akan datang. Jadi, hal yang harus dicermati dan dipetik maknanya pada permasalahan ini adalah jangan mudah putus asa dan terus mencoba, bila ingin dapat menghasilkan sebuah tulisan yang baik.

Budayakan Senang Menulis di Kalangan Guru.

Budaya menulis di kalangan guru di Indonesia sangatlah rendah hal ini disebabkan karena minat baca dan tulis pada kalangan guru juga masih sangat rendah. Padahal budaya senang membaca dan menulis sudah ditanamkan sejak dini (dibangku SD) untuk mendukung terwujudnya insan Indonesia yang cerdas dan berkualitas. Oleh karena itu, sebagai seorang guru apalagi yang sudah menyandang predikat sebagai guru profesional harus dapat melanjutkan kebiasaan menulis ini yang sudah dirintis sejak lama, sehingga dengan situasi yang demikian guru termotivasi untuk membudayakan menulis. Predikat guru profesional, kini secara yuridis telah melekat pada sebagian besar guru. Hak-hak sebagai guru profesional sebagaimana tercantum pada pasal 14 UUGD sudah banyak dinikmati, yaitu antara lain memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. Namun, pemberian tunjangan yang demikian besar itu haruslah diimbangi dengan adanya suatu kewajiban. Adapun kewajiban seorang guru yang tercantum dalam UUGD pasal 20 sebanyak lima kewajiban yaitu membuat perencanaan / program pengajaran, melaksanakan perencanaan/ program pengajaran, mengevaluasi hasil belajar, menganalisis hasil belajar, dan mengadakan tindak lanjut atau pengayaan.

Lepas dari kewajiban seorang guru yang dituntut dengan undang-undang, kinerja guru profesional sesungguhnya lebih ditunggu oleh masyarakat baik itu masyarakat pendidik maupun masyarakat luas. Pendek kata, segala langkah, sikap, dan perilaku guru profesional dalam melaksanakan tugas sehari-hari tidak akan lepas dari sorotan berbagai pihak. Pada pundak guru profesional melekat tanggungjawab lebih besar yang tidak dapat lagi dihindari dengan alasan tidak mampu. Untuk itu, mari kita pegang kepercayaan masyarakat dengan selalu berusaha meningkatkan kualitas pendidikan demi kemajuan bangsa. Sebagai seorang guru profesional harus mempunyai tekad untuk terus meningkatkan kemampuannya melalui berkarya, berkreasi, berimajinasi, berinovasi, dan berpartisipasi dalam meningkatkan profesionalismenya. Salah satu jalan yang paling mudah ditempuh untuk meningkatkan kinerja sebagai guru profesional adalah dengan membudayakan menulis. Dalam menulis, tidak ada lagi alasan bagi seorang guru profesional untuk tidak mampu untuk menulis. Hal yang sangat dibutuhkan bagi seorang guru profesional dalam menulis adalah rasa percaya diri bahwa dengan menulis dapat melakukan sesuatu yang kita cintai, yang kita senangi, dan akan memperoleh sesuatu yang baik dari menulis. Kemauan yang kuat, minat dan ambisi yang terus menerus tanpa mengenal putus asa juga merupakan beberapa kiat yang jitu untuk memulai dalam menulis. Dengan kepercayaan dan keyakinan tersebut, maka seseorang akan termotivasi untuk ingin menulis sesering mungkin sehingga lama-kelamaan ia mempunyai rasa senang untuk menulis. Adanya rasa senang untuk menulis ini akan berdampak positif bagi seorang guru profesional yang diharapkan dapat menjadi suatu kebiasaan tanpa beban.

Selanjutnya dengan menulis diharapkan dapat dijadikan suatu kebudayaan yang harus dilakukan bagi semua guru, terlebih khusus bagi guru yang sudah menyandang predikat guru profesional. Hal ini dilaksanakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya dan kualitas guru pada khususnya terutama tentang eksistensi profesionalismenya , seperti apa yang diharapkan oleh masyarakat. Jadi, tanda tanya, keraguan, ketidakpercayaan, kebimbangan yang selama ini dipermasalahkan oleh sebagian masyarakat tentang eksistensi seorang guru dalam meningkatkan profesionalismenya sedikit demi sedikit akan berkurang. Keberadaan seorang guru semakin dapat dilihat dari komitmen kinerjanya menuju guru yang benar-benar profesional. Oleh karena itu, mari kita coba mulai dari diri kita sendiri sebagai seorang guru untuk senang menulis dari sekarang. Hal ini dimaksudkan sebagai wujud dari komitmen kita menuju guru profesional . Selamat mencoba !

Sumber Tulisan
Atmowiloto, Arswendo. 2003. Mengarang Itu Gampang. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Harefa, Andrias. 2003. Agar Menulis-Mengarang Bisa Gampang. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Prasetyo, Drs. 2002. Menulis Itu Gampang. Purbalingga : Dinas Pendidikan Kabupaten Purbalingga.
Sarjono. 2008. Selamat Datang Guru Profesional. Yogyakarta : Aksara Indonesia.


Ely Susiana, S.Pd

Guru Seni Budaya SMP Negeri 2 Padamara Purbalingga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut